Minggu, 26 Oktober 2014

Profil Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Kisah Cinta dan Keluarga


Profil Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Kisah Cinta dan Keluarga
Baru saja Presiden Joko Widodo mengumumkan Kabinet Kerja dengan masing-masing posisi menteri yang menjabatnya. Salah satunya kementerian yang diumumkan adalah Kementerian Kesehatan. Setelah berbagai sosok dikabarkan menjadi calon kuat, ternyata yang muncul dan disebut Presiden Joko Widodo adalah Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, SpM(K) .

Nila Djuwita Anfasa Moeloek yang lahir di Jakarta, 11 April 1949 adalah salah satu Staf Ahli Divisi Tumor Mata di RSCM Kirana. Alumni dokter umum dan spesialis mata dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini meneruskan subspesialisasi International Fellowship di Orbita Centre, University of Amsterdam, Belanda dan di Kobe University, Jepang. Setelah itu ia meneruskan pendidikan konsultan Onkologi Mata dan program Doktor Pasca Sarjana di FKUI, Jakarta. Ia adalah ketua umum Dharma Wanita Persatuan Pusat periode 2004-2009 dan istri Farid Anfasa Moeloek, Menteri Kesehatan pada Kabinet Reformasi Pembangunan.

Kisah cinta antara Nila Djuwita dengan Farid Anfasa Moeloek berawal bersemi di kampus perjuangan Universitas Indonesia. Pandangan pertama terjadi saat Nila baru masuk ke Fakultas Kedokteran UI. Saat itu, Farid aktif sebagai panitia Opspek (Orientasi Pengenalan Kampus). Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Farid pun resmi melamar dan mempersuntingnya menjadi istri pada tahun 1972.2)

Dalam membina rumah tangga, keduanya selalu memegang prinsip kebersamaan, saling menghormati dan mengasihi, sesuai denga kodradnya masing-masing. Termasuk dalam mendidik anak menjadi tanggung jawab berdua. Tiga orang anak sebagai buah kasih mereka (Muhammad Reiza Moeloek, Puti Alifa Moeloek dan Puti Anisa Moeloek) sejak awal ditanamkan nilai-nilai agama, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yakni nilai-nilai negatif yang berpengaruh terhadap pola kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini dianggap cukup meresahkan.

Ketiga anaknya, sejak masih kecil sampai mereka remaja dan memasuki kehidupan dewasa, sangat senang melakukan kegiatan di kamar tidur orang tuanya. Mulai dari belajar, nonton TV, maupun kegiatan lainnya. "Anak-anak kami sangat betah berlama-lama di kamar tidur kami. Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami sebagai orang tua dengan anak-anak, kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah, baik dalam hal pelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari," ucap Nila. Sebagai seorang ibu, Nila juga selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja.

Sebaliknya, anak-anak juga bisa memantau segala kegiatan orang tuanya. "Kalau saja kami terlalu sibuk dan mereka merasa kurang diperhatikan, maka mereka dengan cepat akan memprotes," ungkap Nila. Sehingga mereka juga sering berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Termasuk ketika suaminya, Farid, usai masa jabatan sebagai Menteri Kesehatan berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, mereka sekeluarga terlibat dalam kegiatan yayasan itu.

Dalam manapaki kehidupan yang serba keras ini, kepada anak-anaknya, dia selalu menekankan agar jangan mudah menyerah, dan jalani hidup ini sesuai dengan keinginan dan hati nurani, mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, sejak awal berkeluarga dengan Farid, mereka bersepakat untuk mendidik anak-anak dengan cara demokratis, di mana segala persoalan harus dibicarakan dan dipecahkan secara bersama-sama dalam keluarga. Kepada anak-anak diberikan kebebasan untuk menentukan pendidikan yang diinginkan selepas SMU. Ketiga anaknya pun berkembang dengan pilihan hidup mandiri masing-masing. Nila dan Farid merasa berbahagia, kendati ketiga anaknya tidak ada yang mengikuti jejak menjadi dokter. Tetapi anak dan puterinya memilih jadi insinyur.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1887-guru-besar-dan-aktivis-kesehatan
Copyright © tokohindonesia.com
Kisah cinta antara Nila Djuwita dengan Farid Anfasa Moeloek berawal bersemi di kampus perjuangan Universitas Indonesia. Pandangan pertama terjadi saat Nila baru masuk ke Fakultas Kedokteran UI. Saat itu, Farid aktif sebagai panitia Opspek (Orientasi Pengenalan Kampus). Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Farid pun resmi melamar dan mempersuntingnya menjadi istri pada tahun 1972.2)

Dalam membina rumah tangga, keduanya selalu memegang prinsip kebersamaan, saling menghormati dan mengasihi, sesuai denga kodradnya masing-masing. Termasuk dalam mendidik anak menjadi tanggung jawab berdua. Tiga orang anak sebagai buah kasih mereka (Muhammad Reiza Moeloek, Puti Alifa Moeloek dan Puti Anisa Moeloek) sejak awal ditanamkan nilai-nilai agama, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yakni nilai-nilai negatif yang berpengaruh terhadap pola kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini dianggap cukup meresahkan.

Ketiga anaknya, sejak masih kecil sampai mereka remaja dan memasuki kehidupan dewasa, sangat senang melakukan kegiatan di kamar tidur orang tuanya. Mulai dari belajar, nonton TV, maupun kegiatan lainnya. "Anak-anak kami sangat betah berlama-lama di kamar tidur kami. Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami sebagai orang tua dengan anak-anak, kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah, baik dalam hal pelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari," ucap Nila. Sebagai seorang ibu, Nila juga selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja.

Sebaliknya, anak-anak juga bisa memantau segala kegiatan orang tuanya. "Kalau saja kami terlalu sibuk dan mereka merasa kurang diperhatikan, maka mereka dengan cepat akan memprotes," ungkap Nila. Sehingga mereka juga sering berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Termasuk ketika suaminya, Farid, usai masa jabatan sebagai Menteri Kesehatan berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, mereka sekeluarga terlibat dalam kegiatan yayasan itu.

Dalam manapaki kehidupan yang serba keras ini, kepada anak-anaknya, dia selalu menekankan agar jangan mudah menyerah, dan jalani hidup ini sesuai dengan keinginan dan hati nurani, mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, sejak awal berkeluarga dengan Farid, mereka bersepakat untuk mendidik anak-anak dengan cara demokratis, di mana segala persoalan harus dibicarakan dan dipecahkan secara bersama-sama dalam keluarga. Kepada anak-anak diberikan kebebasan untuk menentukan pendidikan yang diinginkan selepas SMU. Ketiga anaknya pun berkembang dengan pilihan hidup mandiri masing-masing. Nila dan Farid merasa berbahagia, kendati ketiga anaknya tidak ada yang mengikuti jejak menjadi dokter. Tetapi anak dan puterinya memilih jadi insinyur.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1887-guru-besar-dan-aktivis-kesehatan
Copyright © tokohindonesia.com
Kisah cinta antara Nila Djuwita dengan Farid Anfasa Moeloek berawal bersemi di kampus perjuangan Universitas Indonesia. Pandangan pertama terjadi saat Nila baru masuk ke Fakultas Kedokteran UI. Saat itu, Farid aktif sebagai panitia Opspek (Orientasi Pengenalan Kampus). Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Farid pun resmi melamar dan mempersuntingnya menjadi istri pada tahun 1972.2)

baca juga:
Maraknya Penyakit Impotensi pada Anak Muda Baru-baru ini Semakin maraknya penyakit impotensi (tidak bisa ereksi) yang melanda anak muda baru-baru ini adalah ditengarai karena beberapa faktor <-- klik sini


Dalam membina rumah tangga, keduanya selalu memegang prinsip kebersamaan, saling menghormati dan mengasihi, sesuai denga kodradnya masing-masing. Termasuk dalam mendidik anak menjadi tanggung jawab berdua. Tiga orang anak sebagai buah kasih mereka (Muhammad Reiza Moeloek, Puti Alifa Moeloek dan Puti Anisa Moeloek) sejak awal ditanamkan nilai-nilai agama, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yakni nilai-nilai negatif yang berpengaruh terhadap pola kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini dianggap cukup meresahkan.

Ketiga anaknya, sejak masih kecil sampai mereka remaja dan memasuki kehidupan dewasa, sangat senang melakukan kegiatan di kamar tidur orang tuanya. Mulai dari belajar, nonton TV, maupun kegiatan lainnya. "Anak-anak kami sangat betah berlama-lama di kamar tidur kami. Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami sebagai orang tua dengan anak-anak, kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah, baik dalam hal pelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari," ucap Nila. Sebagai seorang ibu, Nila juga selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja.

Sebaliknya, anak-anak juga bisa memantau segala kegiatan orang tuanya. "Kalau saja kami terlalu sibuk dan mereka merasa kurang diperhatikan, maka mereka dengan cepat akan memprotes," ungkap Nila. Sehingga mereka juga sering berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Termasuk ketika suaminya, Farid, usai masa jabatan sebagai Menteri Kesehatan berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, mereka sekeluarga terlibat dalam kegiatan yayasan itu.

Dalam manapaki kehidupan yang serba keras ini, kepada anak-anaknya, dia selalu menekankan agar jangan mudah menyerah, dan jalani hidup ini sesuai dengan keinginan dan hati nurani, mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, sejak awal berkeluarga dengan Farid, mereka bersepakat untuk mendidik anak-anak dengan cara demokratis, di mana segala persoalan harus dibicarakan dan dipecahkan secara bersama-sama dalam keluarga. Kepada anak-anak diberikan kebebasan untuk menentukan pendidikan yang diinginkan selepas SMU. Ketiga anaknya pun berkembang dengan pilihan hidup mandiri masing-masing. Nila dan Farid merasa berbahagia, kendati ketiga anaknya tidak ada yang mengikuti jejak menjadi dokter. Tetapi anak dan puterinya memilih jadi insinyur.

Sumber:
- http://health.liputan6.com/read/2124722/nila-moeloek-program-kemkes-akan-dibuat-satu-arah
- http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1887-guru-besar-dan-aktivis-kesehatan
___________________________________
(Ads). Alat Inhalasi Uap Asma 590Ribu,
Alat Tensi Digital Japan 390ribu,
Alat Cek Kolesterol dan Gula 450ribu.
Alat Bantu Dengar Germany 365ribu
Gratis Ongkir Bayar di Rumah COD, 
call sms WA 087780633777 BBM 7649FA23
____________________________________

Baca Juga Artikel ini:
- Kisah Nyata Sembuhnya Penderita Penyakit Diabetes dengan Biji Alpukat
- Gayatri Wailisa Diduga Alami Pecahnya Pembuluh Darah Otak
- Rahasia Umur 40 Tahun 
- Maraknya Impotensi pada Anak Muda
- Kikis Lemak Tubuh dengan Susu
- Cara Mudah Deteksi Stroke Secara Dini
Kisah cinta antara Nila Djuwita dengan Farid Anfasa Moeloek berawal bersemi di kampus perjuangan Universitas Indonesia. Pandangan pertama terjadi saat Nila baru masuk ke Fakultas Kedokteran UI. Saat itu, Farid aktif sebagai panitia Opspek (Orientasi Pengenalan Kampus). Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Farid pun resmi melamar dan mempersuntingnya menjadi istri pada tahun 1972.2)

Dalam membina rumah tangga, keduanya selalu memegang prinsip kebersamaan, saling menghormati dan mengasihi, sesuai denga kodradnya masing-masing. Termasuk dalam mendidik anak menjadi tanggung jawab berdua. Tiga orang anak sebagai buah kasih mereka (Muhammad Reiza Moeloek, Puti Alifa Moeloek dan Puti Anisa Moeloek) sejak awal ditanamkan nilai-nilai agama, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yakni nilai-nilai negatif yang berpengaruh terhadap pola kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini dianggap cukup meresahkan.

Ketiga anaknya, sejak masih kecil sampai mereka remaja dan memasuki kehidupan dewasa, sangat senang melakukan kegiatan di kamar tidur orang tuanya. Mulai dari belajar, nonton TV, maupun kegiatan lainnya. "Anak-anak kami sangat betah berlama-lama di kamar tidur kami. Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami sebagai orang tua dengan anak-anak, kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah, baik dalam hal pelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari," ucap Nila. Sebagai seorang ibu, Nila juga selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja.

Sebaliknya, anak-anak juga bisa memantau segala kegiatan orang tuanya. "Kalau saja kami terlalu sibuk dan mereka merasa kurang diperhatikan, maka mereka dengan cepat akan memprotes," ungkap Nila. Sehingga mereka juga sering berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Termasuk ketika suaminya, Farid, usai masa jabatan sebagai Menteri Kesehatan berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, mereka sekeluarga terlibat dalam kegiatan yayasan itu.

Dalam manapaki kehidupan yang serba keras ini, kepada anak-anaknya, dia selalu menekankan agar jangan mudah menyerah, dan jalani hidup ini sesuai dengan keinginan dan hati nurani, mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, sejak awal berkeluarga dengan Farid, mereka bersepakat untuk mendidik anak-anak dengan cara demokratis, di mana segala persoalan harus dibicarakan dan dipecahkan secara bersama-sama dalam keluarga. Kepada anak-anak diberikan kebebasan untuk menentukan pendidikan yang diinginkan selepas SMU. Ketiga anaknya pun berkembang dengan pilihan hidup mandiri masing-masing. Nila dan Farid merasa berbahagia, kendati ketiga anaknya tidak ada yang mengikuti jejak menjadi dokter. Tetapi anak dan puterinya memilih jadi insinyur

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1887-guru-besar-dan-aktivis-kesehatan
Copyright © tokohindonesia.com

Artikel Kesehatan Para Artis:
- Rahasia Cantik dan Sehat Artis Vitalia Shesa
- Lagu Baru Raffi Nagita (Gigi) "Kamulah Takdirku" Lirik dan Youtube
- Rahasia Sehat dan Montok Artis Kartika Putri  
- Push-up Sit-up ala Artis Cantik Eriska Rein
- Cara Fitness 'Arjuna' Shaheer Sheikh  

Kisah cinta antara Nila Djuwita dengan Farid Anfasa Moeloek berawal bersemi di kampus perjuangan Universitas Indonesia. Pandangan pertama terjadi saat Nila baru masuk ke Fakultas Kedokteran UI. Saat itu, Farid aktif sebagai panitia Opspek (Orientasi Pengenalan Kampus). Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Farid pun resmi melamar dan mempersuntingnya menjadi istri pada tahun 1972.2)

Dalam membina rumah tangga, keduanya selalu memegang prinsip kebersamaan, saling menghormati dan mengasihi, sesuai denga kodradnya masing-masing. Termasuk dalam mendidik anak menjadi tanggung jawab berdua. Tiga orang anak sebagai buah kasih mereka (Muhammad Reiza Moeloek, Puti Alifa Moeloek dan Puti Anisa Moeloek) sejak awal ditanamkan nilai-nilai agama, terutama dalam menghadapi era globalisasi, yakni nilai-nilai negatif yang berpengaruh terhadap pola kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini dianggap cukup meresahkan.

Ketiga anaknya, sejak masih kecil sampai mereka remaja dan memasuki kehidupan dewasa, sangat senang melakukan kegiatan di kamar tidur orang tuanya. Mulai dari belajar, nonton TV, maupun kegiatan lainnya. "Anak-anak kami sangat betah berlama-lama di kamar tidur kami. Hal ini sebenarnya cukup positif, karena selain menambah kedekatan kami sebagai orang tua dengan anak-anak, kegiatan mereka dapat kita pantau dengan baik. Mereka pun tidak sungkan-sungkan bercerita bila menghadapi suatu persoalan di luar rumah, baik dalam hal pelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari," ucap Nila. Sebagai seorang ibu, Nila juga selalu menempatkan diri sebagai seorang teman, terutama ketika mereka pada usia remaja.

Sebaliknya, anak-anak juga bisa memantau segala kegiatan orang tuanya. "Kalau saja kami terlalu sibuk dan mereka merasa kurang diperhatikan, maka mereka dengan cepat akan memprotes," ungkap Nila. Sehingga mereka juga sering berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Termasuk ketika suaminya, Farid, usai masa jabatan sebagai Menteri Kesehatan berniat mendirikan Yayasan Koalisi Indonesia Sehat 2010, mereka sekeluarga terlibat dalam kegiatan yayasan itu.

Dalam manapaki kehidupan yang serba keras ini, kepada anak-anaknya, dia selalu menekankan agar jangan mudah menyerah, dan jalani hidup ini sesuai dengan keinginan dan hati nurani, mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, sejak awal berkeluarga dengan Farid, mereka bersepakat untuk mendidik anak-anak dengan cara demokratis, di mana segala persoalan harus dibicarakan dan dipecahkan secara bersama-sama dalam keluarga. Kepada anak-anak diberikan kebebasan untuk menentukan pendidikan yang diinginkan selepas SMU. Ketiga anaknya pun berkembang dengan pilihan hidup mandiri masing-masing. Nila dan Farid merasa berbahagia, kendati ketiga anaknya tidak ada yang mengikuti jejak menjadi dokter. Tetapi anak dan puterinya memilih jadi insinyur

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1887-guru-besar-dan-aktivis-kesehatan
Copyright © tokohindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar